Something to click ➲
Roller Coaster Ride People End of the Ride
Hello, there.
Sit, relax, and enjoy :)
Start by clicking the items above.
Roller: The author's identity.
Coaster: The blog posts.
Ride: The previous blog posts.
People: Other blog links and chatbox.
End of the Ride: Misc.
This is who I am:
Tashiani Candra, F, 19, Faculty of Medicine Padjadjaran University 2012. A super-sloth and leap-logic thinker. An ISTJ.
Waktu cepet banget berlalu. Gila. Gue nulis blog ini tahun 2007 akhir, anggaplah usia 12 tahun. Sekarang usia gue udah 21 tahun. Gue suka ketawa-tawa sendiri baca postingan lama gue, bahkan sering gak inget kalo gue pernah mengalami hal tersebut. Gue juga inget gue masih punya banyak banget utang cerita yang gak gue tepatin terus sampe sekarang hahaha.
Well, that's not the point. Angka 21 bukan inti dari postingan ini. Gue merasa ingin ngepost ini karena gue ingin menumpahkan isi pikiran gue sebagai manusia berusia 21 tahun yang rasanya mulai dipenuhi pikiran-pikiran terlalu visioner yang bikin takut.
Sebagai cewek usia 21 tahun, koas tahun akhir yang 3 stase lagi lulus dan jadi dokter (aamiin!), gue mulai ditanyain pertanyaan-pertanyaan yang..... dewasa. Maksudnya, gue gak pernah mikirin itu sebelumnya dengan matang, tapi sekarang gue dipaksa untuk berpikir demikian karena gue beraktivitas dengan orang-orang yang lebih tua beberapa tahun dari gue (bahkan teman seangkatan gue pun lebih tua 2 tahun dari gue kan, 2 tahun itu ngaruh banget loh..). Pertanyaannya adalah tentang pernikahan.
Untuk seorang Tashiani Candra yang sampe sekarang masih mikir kalo anak SMA itu udah tua (bahkan sekarang gue udah 5 tahun lulus dari SMA), pernikahan itu terlalu jauh untuk dipikirin. Sebenernya dari dulu gue bukannya gak mikirin, tapi gue gak punya rencana detil pada pernikahan gue sampe akhirnya sekarang gue dipaksa untuk merencanakan matang-matang bagaimana pernikahan seharusnya.
Oke. Pandangan gue terhadap pernikahan sangatlah simpel: harus monogami dan sampe mati. Kalo pasangan gue meninggal duluan, gue pun gak akan menikah lagi. Itu prinsip yang masih gue pegang sampai sekarang. Tapi...... euh. Karena lebih lama hidup di dunia dan informasi pun banyak yang masuk, gue makin ngerasa prinsip kayak gitu agak... mustahil di dunia sekarang. Entah dunia mana yang gue lihat, atau gue kurang mengumpulkan banyak "dunia", yang gue lihat dari pernikahan gak kayak gitu. Pahit. Entah kenapa kesan gue terhadap pernikahan itu sendiri pahit. Kenapa? Karena tidak sesuai dengan pandangan awal gue terhadap pernikahan yang mestinya yaudah, lurus-lurus aja sampe mati. Dan semua kenyataan itu mengubah pandangan gue: Gue takut sama pernikahan.
Alasannya? Pertama, pada kenyataannya, people cheat. Fidelity itu hanya omong kosong. Mereka janji di depan wali/pendeta/apapun untuk yah intinya mempertahankan kesucian pernikahan dan memperlakukan pasangannya dengan baik tapi apa buktinya? Berkhianat. Kisah kakek nenek yang unyu-unyu yang biasa dilihat di artikel-artikel menye itu hanyalah sepersekian dari jumlah pernikahan di seluruh dunia ini. Buktinya, angka perceraian naik loh. Dan gak jarang karena orang ketiga.
Kenapa masalah perselingkuhan jadi alasan pertama gue? Karena gue adalah cewek yang selalu diselingkuhin. Udah ga keitung lah. Hampir tiap mantan (dan hampir mantan) gue selingkuhin gue. Gue sampai sekarang gak pernah ngerti kenapa mereka nyelingkuhin gue. Apakah gue kurang menarik? Apakah gue semembosankan itu? Apakah gue tidak layak untuk diperjuangkan? Gue kurang apa? Gue kurang baik? Gue tau, gue emang gak cantik, gak kurus, gak pinter, dan gak menarik, tapi menurut gue gak ada seorang pun yang layak untuk diselingkuhi. Itu hanyalah bentuk inkonsistensi prinsip. Ketika kita udah memilih seseorang buat menjalani suatu komitmen bareng, terpaksa ataupun tidak, ya tepatin lah. Itu udah konsekuensi. Daripada nyakitin orang lain dengan inkonsistensi kita sendiri, lebih baik pisah karena lebih baik untuk kitanya dan pasangan kita. Yaudah, kalau dirasa emang pasangan kita kurang cukup sebenarnya sah-sah aja cari yang lain, tapi selingkuh bukan jalan keluar. Putusin dulu, baru cari yang lain. Jangan cuma karena pengin cadangan aja; kalo ga dapet pasangan baru ya masih ada yang lama yang jelas masih care. Itu kurang ajar.
Gue di sini gak bisa ngomongin yang masalah pernikahan, cuma menurut gue pernikahan lebih mengikat lo untuk tidak selingkuh dan tidak main putus dan cari yang lain kayak pacaran. Ya memang telen aja, udah nasib. Mau gimana lagi. Mau cari yang kayak apa lagi sih? Gak tau sih ya, mungkin gue bisa ngomong gini karena gue belum pernah ngerasain di posisi seperti itu dan gue juga cenderung berpikir kalo apapun yang Tuhan gariskan untuk gue itu yang terbaik, mau sepahit apapun itu.
Kedua, gue takut harus berurusan dengan keluarga pasangan. Gue takut keluarga pasangan gue dan keluarga gue clash, sehingga memengaruhi hubungan gue dengan suami gue. Masalahnya, pernikahan itu bukan sekedar menyatukan dua insan, tapi menyatukan dua keluarga yang antah berantah menjadi 1 keluarga besar. Cocok gak cocok, dia harus jadi keluarga. Dan masalah pasti gak terhindarkan sih dan bukan gak mungkin memengaruhi hubungan gue dan suami gue. Gue gak tau harus gimana caranya deketin keluarga pasangan juga supaya mereka suka dan nyaman dengan gue dan diterima jadi keluarga mereka. Gue juga mungkin gak bisa jadi penengah di tengah konflik keluarga yang baik karena gue sangat plegmatis dan pasif. Gue juga gak bisa ngelobi orang untuk mendinginkan kepala seseorang. Intinya gue merasa belum (atau tidak) kapabel untuk berurusan dengan keluarga pasangan.
Ketiga, gue takut punya anak. Gue ngerasa belum pantas untuk mendidik anak karena mendidik anak itu gak seenak membuatnya (kata orang buatnya sih enak, entahlah?). Gue sangat takut anak gue akan tumbuh dengan semua kejelekan gue sekarang. Gue juga takut gue gak bisa dekat secara emosional dengan anak-anak gue karena pada dasarnya gue adalah orang yang tidak afektif dan tidak peka (Te-Fi selalu mengutamakan efisiensi dan selalu nyimpen perasaan untuk sendiri, gak bisa nunjukin perasaan). Gue ingin sekali punya keluarga kecil yang akrab dan hangat, tapi gue tau gue gak bisa memberikan kehangatan itu, sedangkan peran ibu sangatlah krusial di perkembangan anak dan pembangunan emosi di keluarga. Gue bisa aja cari suami yang hangat dan perhatian, tapi kalo gue tidak perhatian, sama aja. Peran gue sebagai ibu yang memberikan rasa hangat gagal.
Gue juga sangat takut anak gue salah didik. Gue lihat kenyataan sekarang di mana anak TK-SD aja udah berani ngerokok, pacaran, dan lain-lain. Gue bingung gue harus menetapkan aturan seperti apa secara detil sehingga anak gue tidak terjerumus hal-hal negatif. Gue bingung gue harus setegas apa dalam menegakkan aturan—jawaban "jangan terlalu tegas, jangan terlalu manjain" itu bukan jawaban yang gue mau, gue butuh aturan pasti dan contoh pasti seberapa tegasnya. Gue sebenarnya ingin anak gue tidak merasakan apa yang gue rasakan tapi gue gak tau harus gimana. Karena, kecenderungan untuk mengulang hal yang sama itu sangat mungkin (karena kita ada kecenderungan meniru gaya orang tua mengajar kita—sampe katanya "udah sifat turunan"—meh) dan akhirnya lingkaran setan tidak berhenti. Keempat, gue belum siap membagi diri gue dengan suami. Gue ngerasa buat hidup diri gue sendiri aja udah susah dan masih keteteran sana sini, ini lagi gue harus ngurusin hidup orang yang gaya hidupnya sama sekali berbeda dengan gue. Gue ngerasa gue mesti bisa ngurus diri sendiri dulu baru bisa ngurus orang lain. Gue juga merasa masih sulit berbagi sama orang lain. Karena pada dasarnya gue adalah orang yang sangat tertutup, gue takut gue gak bisa sharing ke suami karena gue cenderung simpan semuanya sendiri, yang nantinya bisa jadi potensi masalah besar di kedepannya (sekarang aja udah ada kejadiannya kok). Urutan di atas semuanya berdasarkan prioritas. Gue sangat takut pasangan gue gak setia sama gue, orang gue pacaran aja udah dikhianatin berkali-kali, ini lagi pas menikah. Masalahnya nanti kalo nikah gue gabisa tiba-tiba ajukan cerai kan, karena pertimbangannya gak cuma cinta aja, tapi keluarga dan anak (kalau udah punya). Kalo pacaran kan kalo selingkuh yaudah separah-parahnya putus, tapi kalo menikah mau kabur ke mana? Lo udah stuck sama orang yang sama seumur hidup lo, mau dia jelek mau dia bagus ya telen aja. Bodoh sih memang, tapi gue anti perceraian (pandangan ini bisa jadi berubah di masa depan, tapi setidaknya untuk saat ini gue sangat anti perceraian). Gue gak siap. Gue takut. Gue takut pernikahan gue gak sesuai dengan idealisme gue tentang pernikahan. Ya, jalanin aja Tash? Gak bisa gitu sih menurut gue. Gue dinasihatin sama seorang teman sekaligus kakak, bahwa pernikahan itu baiknya dipertimbangkan matang-matang dan menikahlah ketika KAMU ingin menikah, bukan karena faktor eksternal. Karena kehidupan pernikahan itu tidak seindah yang dibayangkan (ya, ini gue sudah tau banget. Ini juga yang bikin gue anti nikah cepat), dan kita gabisa kabur kalo udah nikah. Ya mau gimana lagi? Katanya lagi, kebahagiaan itu ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Jadi jangan ikut-ikutan ingin menikah hanya karena orang lain anggap itu menyenangkan. Intinya, jangan terpengaruh dari pihak luar. Omong-omong masalah kebahagiaan, gue juga heran sih kenapa orang-orang itu hanya berpikir gampangnya aja tentang pernikahan. Dianggapnya kalo menikah itu pasti bahagia apa? Banyak masalah tau. Justru karena hidup ke depannya makin berat, maka harus dihadapi berdua. Tapi gak menutup kemungkinan kalo pasangan kita sendiri yang bikin masalah hidup tambah berat kan? Intinya, menikah itu gak indah. Capek. Berat. Lo harus menyatukan dua kepala untuk menghadapi 1 kehidupan yang sama. Plis, jangan mikir pernikahan sebagai jalan kabur dari masalah hidup lo sekarang karena pernikahan sendiri merupakan sebuah masalah baru!
Pertimbangan pernikahan ini menurut gue banyak banget, bisa dari segi kesiapan mental dan materi diri kita sendiri dan pasangan, keluarga, pekerjaan, dan lain-lain. Nanti kalo udah nikah, lo mau punya anak kapan? Kerjaan gimana? Perlu pindah atau berhenti kerja? Keluarga setuju gak? Lo dan pasangan udah siap? Mau makan apa? Mau kasih makan anak apa? Wah banyak banget deh. Bahkan KB aja menurut gue harus dipikirkan loh dari awal. Seribet itu. Setelah gue nulis panjang lebar, sebenarnya gue pun akhirnya memahami apa sumber ketakutan gue selama ini: Gue belum siap menikah. Ya, dan gue akan menikah ketika gue siap, bahkan jika gue gak siap terus gue gak akan menikah karena pernikahan bukanlah suatu tahap kehidupan yang wajib dilalui semua orang. Gue gak pernah menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang wajib karena jika iya, akhirnya akan hanya menjadi penggugur kewajiban saja. Gue ingin gue menikah karena gue sudah paham dengan risiko dan esensi dari pernikahan itu sendiri, bukan karena memang orang harus menikah.
Older posts? Click "Outside" above. Don't forget to scroll the posts!
Sabtu, Mei 07, 2016
Bohong.
Lately I've been cheated. I've been lied all the time.
Bohong itu apa? Menurut KBBI sih, tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya.
Kita semua ga akan pernah bersih dari kebohongan. Kita emang gak diprogram buat berkata jujur sepanjang waktu kayak Nabi. We are not that saint, and apparently, kita butuh berbohong untuk hidup, karena kita hidup nggak sendiri. Ya, sepanjang pengamatan gue, berbohong adalah salah satu kunci esensial untuk menjaga hubungan sosial. Gue memang bukan orang yang terlalu memerdulikan hubungan sosial, but well, I do need social interactions. At least dengan orang yang gue sayangi (it's hard to get my heart on!).
Kalau sesuatu hal nggak sesuai dengan fakta, kita biasanya bingung menghadapinya. Karena bingung jadi kita definisikan sebagai salah, because it's simply doesn't real. So, ya, morally, lying is a mistake. Tapi kenapa orang tetap berbohong? Banyak lah. Salah satunya yang udah gue singgung di paragraf sebelumnya. (Yes, I can't make a nice coherent paragraph.) Apakah alasan untuk berbohong dapat menjustifikasi kesalahan? Tidak, sudah jelas. Bahkan, banyak orang juga yang menjawab "gak tahu" ketika dia berbohong. Jawaban "gak tahu" kayak begini kan, bikin orang naik darah. Well, apapun alasannya, orang gak suka dibohongi, karena semua orang gue yakin punya standar moral yang sama dalam hal ini, hanya tingkat toleransinya yang berbeda. Gue adalah orang yang sangat meminimalisir kebohongan. Gue gak bisa 100% bebas bohong. Bohong kan, banyak bentuknya. Bisa bohong verbal, bisa juga bohong perasaan. Gue suka melontarkan white lies, untuk menghindari masalah. White lies ini udah gue proses dengan sangat baik sehingga menghindari masalah yang spesifik namun trivial saja, gak menghindari seluruh permasalahannya. Gue gak pernah punya nilai moral yang menyuruh gue untuk menghindar dari masalah. Intinya, di saat gue harus jujur, gue akan jujur. (Bahkan orang bilang gue terlalu jujur di banyak hal.) Balik ke hubungan sosial. Orang itu macam-macam, dan gue ngerti bahwa gue gak bisa expect orang lain untuk berperilaku, bernilai moral, dan berpikir seperti gue. Kalau gue kayak gitu, gue bakal terus ngerasa sombong karena standarnya adalah gue. I accept differences. Walaupun kita harus tau cara menghadapi orang yang mungkin moralnya bertentangan dengan lo. Ini mungkin tulisan yang self-centered banget sih. Tapi balik lagi ke diri gue. Gue sebenernya lenient sama perbedaan values, tapi ternyata gue gak terima ketika itu ada pada inner circle gue. When I love someone, I incorporate them as my own body, and love them as I love myself (ngeri ya). Yes, when I love someone, I love deeply. Jadinya, gue kadang berekspektasi mereka bisa sama dengan gue. I know it's stupid, tapi kalau gue punya good qualities, kenapa gak berharap orang yang lo sayang juga ikutan baik? Jadi, gue sangat tidak menoleransi kebohongan dalam hubungan inner circle gue, karena gue sendiri juga berusaha tidak berbohong. Recently, I've been lied by a person in my inner circle. Alasannya? Takut dimarahi. Lucunya, dia bahkan sering banget bohongi gue karena alasan ini, dan gak pernah ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa gue marah saat dia berkata jujur. Gue beda dengan dia; gue realis dia surealis. Mungkin, gue jauh lebih bisa menghadapi kenyataan daripada dia, yang kerjanya selalu kabur dari kenyataan (dan menciptakan masalah baru di dunia nyata). Tapi, itu bukan justifikasi. Bodohnya adalah ketika gue mulai mengalami disonansi kognitif hebat. Gue sayang sama orang ini, tapi dia salah. Memaafkan adalah hal yang mudah, tapi apa yang harus gue lakukan supaya dia nggak bohong lagi? Gue terlalu mengerti orang ini. Pengertian gue terhadap orang ini dijadikan pembelaan gue. Di satu sisi, gue sakit hati, kecewa, dan berteriak bahwa ini salah besar. Gue sebenarnya siap dan sudah tau kalau gue akan dibohongi. Bodohnya gue di masa lalu, adalah tidak memikirkan apa yang harus gue lakukan ketika memang benar gue dibohongi. Gue tipe orang yang gak suka basa-basi dan lebih suka mendengar fakta buruk daripada harus dipermanis dengan embel-embel. (Gombalan biasanya cuma numpang lewat, bahkan gak masuk, kepala gue.) Karena, ya itu lah kenyataan dan harus dihadapi, sooner or later. Mau kabur juga ke mana. Tuhan kasih kita masalah supaya otak kita dipakai (otak ini adalah logika dan hati ya. Hati gak ada di dada). Jadi, masalah dan kenyataan ya harus dihadapi. Gak perlu lah pake bohong untuk nyaman sesaat tapi jadi besar di kemudian hari. Oh, ya. Bagi gue, menyembunyikan sesuatu di belakang seseorang juga termasuk berbohong. Karena kita pasti akan berbohong untuk menutupi kenyataan tersebut kan? Oke, balik ke bahasan. Jadi seseorang ini berbohong karena dia takut gue marah; tapi dia gak pernah jujur juga ke gue selama ini dengan alasan yang sama, jadi dia gak tau juga apakah gue akan marah apa nggak. Kan bodoh ya. Gue bilang, gue lebih suka jujur tapi pahit daripada dibohongi. Dibohongi tuh kayak dikasih tiket masuk gratis yang ada obat biusnya, masuk ke dunia gak nyata. Bangun-bangun, lo bingung ada di mana. Makanya kita suka bingung kan, mana yang nyata mana yang nggak. Ternyata, tiket berbius itu, adalah kepercayaan. Kita berhubungan itu dasarnya kepercayaan, menurut gue. Hubungan apapun, bahkan jual beli sekalipun (dengan asumsi kita gak kenal satu sama lain). Gue bukan orang komunikasi sih, tapi rasanya hal ini bisa dinalar ya. Hubungan dokter-pasien juga basisnya kepercayaan. Kepercayaan ini bisa jadi pedang bermata dua; kalau dimanfaatkan dengan baik akan membawa kebaikan dan vice versa. Sayangnya, yang kebalikannya itu, sakit banget kalau kena. Kalau disambungin sama analogi di paragraf sebelumnya, pas kita sampai di dunia antah berantah itu, tiket itu udah nggak ada. Padahal, tiket itu salah satu kunci kita buat tetap berhubungan dengan dunia nyata. Apa yang akan kita lakukan? Pertama, pasti kita pengin pulang dan berusaha mencari tiket untuk pulang, tapi rasanya susah didapatkan karena cuma satu-satunya. Kita bingung; mau menolak tapi udah terlanjur di dunia baru, tapi mau hidup normal juga rasanya salah. Kita marah, kecewa, sakit hati, dan mengutuk dunia baru itu. Tapi, lama kelamaan kita sadar kalau dengan emosi, kita gak akan bisa pulang. Jadi, langkah kedua, adalah menjalani hidup di dunia baru itu, dan mencoba membuat tiket yang baru untuk pulang. Caranya dengan mulai berpikir bahwa dunia antah berantah itu adalah dunia
nyata kita, padahal mungkin yang kita lihat di dunia baru itu sama
sekali beda dengan yang dunia biasa. Analogi di atas bukan untuk menjustifikasi kebohongan, tapi itu cara gue untuk menghadapi kebohongan. Kebohongan itu udah terjadi; tiket kita udah digadaikan, terus mau diapain? Ya, orang yang bohong salah. Not necessarily salah kita (gue sih dalam kasus ini) dia berbohong. Tapi, ya masa gue harus marah terus? Waktu gue tahu gue terjebak di dunia kebohongan, gue gak marah sama sekali. Gue gak nangis, gue gak teriak, gue gak mengutuk. Gue dengan santainya nanya kenapa dia berbohong. Kenapa dia menggadaikan tiket gue ke dunia nyata. Dengan alasan bodoh pun, gue gak boleh marah. Harusnya nggak marah. Gue perlahan-lahan mulai menganalisis kenapa dia begitu, dan berusaha memahami posisinya. (Tapi apa dia pernah mikirin perasaan gue yang dibohongi? Entahlah.) Terus gue mulai berontak. Kenapa cuma gue yang harus menghadapi ini? Kenapa gue sendirian? Kenapa cuma gue yang harus ngerti perasaannya dia? Kenapa dia gak mikirin perasaan gue? Kenapa hal ini harus terjadi? Apa yang mesti gue lakukan? Saat bertanya pertanyaan terakhir ini, otak gue langsung meng-list pro dan kontra tindakan yang harus gue ambil. Kebetulan gue orangnya kurang bisa mengambil keputusan, jadi gue bingung lama, tertegun memandangi list yang gue udah buat sendiri. Prinsip gue adalah mengambil pilihan yang lebih banyak pro nya (rasanya semua orang juga begitu, ya). Gue terlalu sayang sama orang ini. Gue udah maafin kebohongan itu dari awal gue tau. Gue gak siap kalau gue harus mengganti dia, soalnya sama aja kayak mengganti bagian dari diri gue. Jadi yang gue lakukan adalah membiarkan semuanya terjadi. Gue maafin, gue tetap berhubungan baik dengan orang itu, sambil tetap berhati-hati seandainya dia melakukan hal yang sama. Rasanya, kalau dia melakukan hal yang sama lagi, gue harus gak ragu untuk membuang bagian yang busuk itu dari tubuh gue. Karena sekarang, bentuk dia udah nggak sama lagi di tubuh gue. Ada sesuatu yang bolong; kepercayaan. (Maaf kalau isinya gak jelas. Cuma pengin curhat aja, tapi gak ngerti cara nyampeinnya gimana.)
Older posts? Click "Outside" above. Don't forget to scroll the posts!
Rabu, Oktober 07, 2015
Songs of All Time
Ah jadi lagi-lagi gue terinspirasi sama pertanyaan di ask.fm. Pertanyaannya tentang lagu favorit.
Gue dari dulu memang majornya di lagu lama. Untuk genre gue suka funk, post-disco, R&B, pop, adult contemporary, sama sedikit alternative rock. Gue paling prefer denger lagu tahun 1970-1990-an. Gue kurang suka sama lagu zaman sekarang sejujurnya, jadi mungkin list di bawah ga akan gue isi dengan lagu-lagu baru.
Selera musik gue berangkat dari zaman kecil, bokap nyokap sering banget nyetel lagu lawas di radio. Lagu-lagu oldies wedding gitu. Waktu SD gue fans banget sama Peterpan. Gue koleksi semua album mereka. Sampai pas kelas 7 gue mulai dengerin Prambors di mobil jemputan kalau berangkat sekolah. Gue mulai dengerin R&B, waktu itu Rihanna lagi ngetop banget. Kelas 9 waktu lagi pelajaran seni budaya, gue nyanyi lagu Westlife yang My Love. Nah dari situ gue addicted banget sama Westlife. Lagu favorit pertama gue Soledad. Gue udah denger Westlife dari kecil tapi gue gak sadar. Kelas 10, gue udah mulai bosan dengan fanatisme gue ke Westlife, ditambah dengan gue berteman sama orang yang suka banget musik rock, hardcore metal, screamo gitu, jadinya gue mulai dengerin tuh kayak blessthefall, The Used, Switchfoot (lebih ke gospel sih), Muse, dll. Kelas 12, gue mulai settle di pilihan lagu gue sekarang. Gue lebih dengerin Michael Jackson, Michael Bolton, Blue, Westlife, Kenny G, Mariah Carey, dll. Pas kuliah semester 4, gue mulai sadar kalo gue ternyata suka banget sama suara cowok falsetto. Akhirnya gue denger Bee Gees, George Duke, Earth, Wind & Fire, dll.
Gue tipe orang yang kalau suka sama satu lagu bakal diputer terus sampe rekor 1000 kali play di iTunes (karena sambil ditinggal belajar, tidur, dll selama beberapa minggu). So, well, ini lagu-lagu favorit gue sepanjang masa:
1. Samantha Sang feat. Bee Gees - Emotions
Gue suka lagu ini waktu kelas 8 atau kelas 9. Lagunya tahun 1978. Lagunya gak bosenin parah sih menurut gue (yalah, 1000 kali play). Gue lebih suka versi lamanya dibanding versi Destiny's Child yang tahun 2001. Emosinya dapet soalnya, dari suara penyanyinya. Beneran orang yang lagi galau ditinggal sama pasangannya gitu.
2. Lionel Richie - The Only One
Gue tergila-gila lagu ini waktu tahun 2012, tepatnya pas baru banget masuk kuliah. Pertama kali denger di toilet hotel....gak banget ya. Trus jatuh cinta sama lagunya. Gue muter lagu ini 800+ kali di iTunes. Lagunya soothing banget, liriknya sweet, bikin berandai-andai kok ada orang mencintai seseorang sampe segitunya. Lirik reffnya aja begini:
"You, turn me inside out
And you show me
What life was about
Only you, the only one who stole my heart away."
3. Chicago - If You Leave Me Now
Gue suka banget lagu ini tahun 2012 juga, karena waktu itu abis putus jadi pas aja. Liriknya somehow menceritakan perasaan seseorang kalo ditinggal sama pasangannya sih.
4. Earth, Wind & Fire - Reasons
Gue baru banget sih suka sama lagu ini. Isi liriknya tentang one night stand sebenernya. Tapi liriknya beuh, genuine banget. Gue baru tau ada cinta yang dasarnya nafsu sedemikian genuine liriknya. Bagi gue malah gak terkesan nafsu jadinya. Semacam mengungkapkan kalo cinta itu gak butuh alasan.
5. Michael Jackson - Butterflies
Gue suka banget sama lagu ini waku kelas 11. Gue memang suka yang tipe musiknya begini; smooth, alluring, seducing, suaranya halus, idk man it sounds very sexy to me. Liriknya menceritakan orang jatuh cinta aja rasanya, kalo ketemu rasanya kayak ada butterfly di dalam dirinya.
6. Blue - Get Down
Lagu ini setipe sama Butterflies nya MJ tadi. Seksi. Padahal liriknya juga sederhana, cuma menceritakan kalo si cowo ngajak ceweknya buat settle bareng, biar cinta mengikuti. Selesai. Tapi musiknya bray :"
7. Backstreet Boys - Incomplete
Liriknya jelas maksudnya apa. Intinya si cowo ngerasa ga komplit kalo gak ada ceweknya. Tapi emosi yang dituangin BSB di lagunya parah banget sih. Sampe kalo gue karaokean lagu ini gue kebawa emosinya.
8. Westlife - Lost in You
Sebenernya lagu Westlife gak cuma ini aja yang gue bener-bener suka. Cuma menurut gue lagu ini paling ngena aja sih. Karena... gitarnya bray. Soul nyanyinya juga dapet parah sih. Kalau bener-bener "head over heels", iya gue ngerasain. Ini bukan lagu aslinya mereka sih, but still, bagi gue versi aslinya kalah sama versinya Westlife (bukan berarti jelek, lho). Sama gue juga suka judulnya How Does It Feel karena ngingetin gue sama mantan gebetan, wkwkwk. I Promise You That, If Your Heart's Not in It juga bikin baper sih.
9. The Used - Lunacy Fringe
"Do, do you, do you know, do you know how long I've waited? To look up, from below, just to find someone like you." Basically menjelaskan perasaan jatuh cinta sama cewek....
sampe gila.
10. Michael Bolton - Missing You Now
Gue suka lagu ini waktu semester 1 kuliah.. Soalnya galau mantan. Lagi. Ehe.
11. Westlife - Don't Calm the Storm
Liriknya semacam menceritakan kisah cinta gue waktu SMP. Udah. Sepas itu liriknya.
12. Queen - Jealousy
Gue suka karena emosinya sih. Orang yang bingung, pengin nyalahin siapa, tapi semuanya emotional. Yang salah adalah: Kenapa gue jatuh cinta? Jadi lagunya ngasih tau semacam... jangan terlalu jatuh cinta hingga merasa memiliki.
13. Jason Mraz - Be Honest
Liriknya jelas sih maksudnya apa. Pesannya simpel. Gitarnya sih bagus banget, terus suka banget pas bagian ada ceweknya itu.
14. Roberta Flack - Killing Me Softly (With His Song)
Karena slow dan terkesan seksi lagunya buat gue, so... I just love it. Isi liriknya kayak cerita, seorang cewek yang ketemu seorang cowok yang nyanyi dan ceweknya semacam jatuh cinta pada pandangan pertama gitu.
15. Ariana Grande - Die in Your Arms
Bagus. Udah. Bingung jelasinnya. Lebih bagus dari versi Justin Bieber sih.
16. Ne Yo - Because of You
Di saat orang-orang lebih suka So Sick, gue jauh lebih suka lagu ini. My type of song.
17. Maroon 5 - Better That We Break
Di album yang sama, gue hampir suka semua lagunya. Tapi ini paling ngena wakakak soalnya waktu gue mulai suka lagu ini, gue lagi pengin putus sama mantan gue. Kayaknya musik bikin gue baper deh.
18. Bee Gees - Love You Inside and Out
Intinya... cowok ini lagi bilangin ke ceweknya kalo dia ga akan nemuin lagi cowok yang sebaik dan secinta itu sama dia, setelah ceweknya selingkuh. Suka sama suara Barry Gibb nya di sini.
19. Earth, Wind & Fire - Side by Side
Lagu funk kesayangan. Nuff said.
20. Atlantic Starr - Always
Gue suka banget sama lagu ini karena liriknya unyu aja. Ternyata ini lagu nikahan bokap-nyokap gue, so... makin ngena.
21. Escape the Fate - Harder than You Know
Dulu lagu ini dikasih tau sama mantan gue waktu dia putus sama mantannya. Oh well, typical broken up song.
22. Kool & The Gang - Cherish
Dulu gue denger ini waktu tahun 1999-2000, waktu RCTI ngeluarin kompilasi lagu oke yang emang oke semua. Liriknya positif lagi, nyuruh bersyukur dan menghargai yang udah lu punya di hidup.
23. Boyz II Men - On Bended Knees
Lagu orang minta maaf yang soulful banget.
24. Britney Spears - From the Bottom of My Broken Heart
Lagunya tulus banget. Kalo denger lagu ini gue inget gue lagi jalan di pinggir jalan menuju bank....
25. Bruno Mars - Treasure
Karena memang tipe lagu gue beginian kan.. Mestinya kalo orang-orang suka lagu ini, mereka suka sama lagu tahun 80-an.. Yang gue salut videonya sih, bisa dapet feelnya 80-an. Ternyata terinspirasi dari videonya Let's Groove-nya EW&F. Selain itu gue juga suka sama lagu Our First Time-nya Bruno, selain emang lagunya tentang seks pertama, lagunya emang menggambarkan keadaannya itu sih.
26. Captain & Tennille - Do That to Me One More Time
Gue suka banget sama suaranya Tennille. Suaranya tuh bisa bikin lagu biasa jadi bagus. Konsep lagunya sama nadanya standar banget, tapi somehow susah dinyanyiin, cuma dia doang yang bisa bikin lagunya jadi bagus.
27. Stephen Bishop - It Might Be You
OMG gue hampir lupa sama lagu "tandingan"nya The Only One. Waktu itu gue sampe gabisa decide gue lebih suka yang mana.. Trus ternyata ada cover-annya Dave Koz di lagu ini, makin cinta..
28. Dewa - Risalah Hati
"Cintaku tanpa sam.....bitmu" wkwk lagu picisan yang gak mati deh. Walaupun maksa.
29. George Duke - Reach Out
Karena playlist lagu George Duke gue suka semua, gue sampe gabisa decide mana yang gue paling suka. Tapi ini lagu paling bikin gue joged.
30. George Benson - Stairway to Love
Speechless. Bagus banget. ".. High up, where jealous fools can't break us, we're on the stairway to love."
31. James Blunt - Wisemen
Lagunya tentang salah satu isi bible kalo gak salah. Enak banget.
32. Stevie Wonder - Never Dreamed You'd Leave in Summer
Suaranya Stevie Wonder dewa banget pas nyanyi lagu ini. Soulnya berasa parah bray. Merdu dan jernih banget suaranya. Selain ini, Overjoyed punya memori tersendiri buat gue.. karena itu lagu konser PSM gue.
33. Toni Braxton - Un-Break My Heart
Gapernah denger suara alto seksi seseksi Toni Braxton sih. Yang Spanish Guitar juga beuh parah seksinya. Dulu gue pertama denger ini di hp nya om gue, gue sampe nyari-nyari ini lagu apa :") enak banget soalnya.
34. Pink - Catch Me While I'm Sleeping
Suaranya Pink menurut gue keluar banget di lagu ini. Kedengeran desperate banget.
35. Wham! - Careless Whisper
Ga ada yang ngalahin seksinya lagu ini sih. The sax is killin' me. Gue inget saking sukanya gue sampe hapalin liriknya walaupun gue lagi di kamar mandi sekolah. Terus dulu gue sempet ngajuin lagu ini ke temen-temen gue buat di aransemen tapi ditolak karena pada gak tau, so, well....
36. Mariah Carey - I'm That Chick
My type of song.. Enak aja didenger. Dulu juga suka banget sama Obsessed.
37. Incognito - Deep Waters
Suaranya sih mantep banget. Terus selo banget. Soothing. Gue juga suka banget lagu Still A Friend of Mine :") gue denger itu pas dicover sama orang di mal dekat rumah. Bagus banget.
38. Earth, Wind & Fire - After the Love Has Gone
Nyokap gue aja suka.. Ini lagu pertama yang gue suka dari EW&F. Bagus banget, liriknya juga bagus. Buat joget, gue sukanya September.
Whewwww sori kalo lagunya tua semua. Gue sangat baper kalo masalah lagu.. Gue memang cuma suka sama beberapa pattern lagu. Kalo denger lagu-lagu yang gue tulis di atas, pasti ketauan polanya. Oh ya, list di atas gak dibuat berdasarkan favorit apa gimana, random aja. Dah deh gue capek.....
Older posts? Click "Outside" above. Don't forget to scroll the posts!
Rabu, September 02, 2015
Sahabat.
Gue akhirnya terinspirasi untuk membuat post ini untuk menindaklanjuti pertanyaan yang masuk ke ask.fm gue. Pertanyaannya sederhana: Deskripsikan sahabatmu! Dikirim oleh anonymous. Dear anon, siapapun kamu, makasih!
So, here we go, without further ado:
Sahabat TK ada, Diva namanya. Sahabat SD juga ada; Tia, Nyimas, Endang, sama Icha. Tapi karena gue masih kecil waktu itu, gue kurang bisa mendeskripsikan mereka. So I'll go with JHS and so on.
SMP-SMA:
1. Lalitya Anindita (Dita)
Dita cantik, tapi gak pedean. Sama kayak gue. First impression is not always good eh, so I went with everybody's first impression on her: Jutek abis. Padahal kalau udah kenal, gak ada jutek-juteknya. Anaknya gampang banget ketawa dan bully-able banget. Hatinya sensitif. Selalu mencoba untuk tetap strong, dan punya ambisi untuk jadi presiden atau gantiin Ibu Sri Mulyani kelak. Gemar menambahkan nama tiap tahun sesuai jenjang pendidikan ke belakang nama gue. Satu-satunya orang yang gue lihat nangis tapi ngelawak sendiri buat bikin diri sendiri ketawa, walau mata masih basah dan sembab. Kadang suka lebay pikirannya, tapi dia orang yang selalu ada ketika gue butuh. Walaupun gak diminta, dia selalu berusaha kasih saran. Gak pernah berani PDKT sama cowok duluan dan sulit move on. 8 years and still counting, eh, Dit?
2. Salsabila (Selly)
Selly suka banget sama kucing. Anaknya rajin banget, pinter parah, keibuan, dan gampang ketawa. Pikirannya logis dan to the point. Ekspresinya kelihatan kalo dia gak suka sama orang. Temen ngelucu "kasar", dan selalu ketawa sama jayusan gue. Saksi hidup bahwa gue hampir mati tersedak karena ketawa. Rada gak suka dicurhatin, tapi kalo kasih solusi straightforward banget dan kalo orang gak ngerti maksudnya bakal sakit hati, padahal solutif sekali dan praktis. Suatu hari pengin belajar ngerajut lagi sama Selly.
3. Oktadiora Pratama E P (Oky) @amatarpyko
Oky puitis banget. Orang yang ngajarin gue buat take it easy sama banyak hal, kayak yang Oky lakuin. Bahasanya selalu menyenangkan dan memang menyenangkan untuk diajak bicara. Masih inget sering begadang buat ngobrol bareng.. Karena topik kayak gak abis-abis kalo ngobrol sama Oky. Wawasannya luas parah. Punya idealisme sendiri dan berpendirian. Masih suka gak enak karena jadi "tempat sampah" kegalauan masa labil gue. Kharismanya suka bikin cewek klepek-klepek. Coba minta dibuatin puisi, pasti baper instan. Ato gak, minta fotoin aja deh buat koleksi selfie berkualitas.
4. M Raihan T (Raihan)
Raihan anaknya strong parah. Yang gue kagumi dari Raihan adalah ketulusan hatinya. Raihan gak pernah marah atau dendam sama orang yang jahatin dia. Selalu berusaha ambil hikmah dari semuanya. Lumayan sensitif juga hatinya. Anaknya pantang nyerah, pinter banget, dan jiwa pemimpinnya keren banget. Kagum juga sama rasa percaya dirinya. Semoga kuliah di Taiwannya sukses ya, Han! 15 years and still counting..
Kuliah:
1. Laksamana Kresna A N (Kresna) @lakskresna
Kresna itu bukan sekedar pacar, tapi sahabat, kakak, dan guru buat gue. Multi talenta, pinter parah, cuma sayangnya males. By far, dia satu-satunya orang yang bisa gue ajak diskusi hampir semua macam hal; prinsip hidup, agama, teori filsafat, motivasi, masa depan, ilmu kedokteran, etika dan tatakrama, dan kepribadian manusia. Diskusi sama Kresna ga akan berasa, tau-tau udah 3 jam lebih. Orangnya emang tidak menyenangkan di covernya, makanya banyak orang yang misjudge. Dia salah satu orang yang gue kenal yang punya hati tulus buat orang lain, walau caranya mengungkapkan memang tidak menyenangkan bagi orang lain. Tapi karena dia idealis parah, jadi dia gak peduli apa kata orang. Satu kata: Salut!
2. Atika Aziza (Atika)
Atika itu definisi cewek sempurna: Brain, Beauty, and Behavior. Orang mungkin awalnya agak segan sama Atika karena dia memang pendiam banget. Kalau udah kenal, dia orang yang sangat "berisi". Punya nilai-nilai moral yang bagus banget dan pandangan terhadap isu dunianya sangat wah. Wawasannya luas banget, sampe bikin gue minder kadang dan terpacu untuk banyak baca dan banyak tahu. Orangnya juga huggable banget; dia siap menjadi tempat sandaran kalau kita butuh buat curhat. Atika memandang semua masalah dengan logis. Sejauh ini, Atika paling mentally stable di antara semua sahabat gue. Selain itu, dia selera humornya rendah kayak gue jadi gampang dibuat ketawa. Cowok manapun yang dapet Atika sebagai istrinya beruntung banget.
3. Vashtidea Gneissa Almira (Dea)
Dea itu cewek out of the box. Pola pikirnya kebarat-baratan banget. Orang yang paling cuek sama berbagai macam hal, apalagi sama pendapat orang lain. Wawasannya luas banget, apalagi masalah isu di luar negeri. Bisa dibilang nyentrik banget, terutama di selera dan pilihan-pilihan hidupnya. Tapi, dia orang yang dengan garang bakal ngelindungin orang yang dia sayang kalau terancam. Problem solver-type; jadi kalo curhat enak ke Dea. Dia juga punya semacam kemampuan menenangkan seseorang yang curhat sama dia tanpa perlu bilang apa-apa. Inner sidenya tertutup banget. Kata andalannya: "Males".
4. Radita Desiana (Radita) @raditaradit
Radit itu cewek yang easy-going banget. Paling modis diantara semua sahabat gue di kuliah. Asik banget diajak ngobrol dan suka polos yang lucu gitu. Terbuka banget sama masalah-masalah yang lagi dihadapi. Cenderung cuek dan sabar banget. Sumber gosip hahaha karena paling banyak bergaul sama orang lain di luar lingkarannya sendiri. Demen banget ngeledek orang dan ngomongnya ceplas-ceplos banget, sampe kadang suka gak sadar bikin orang sakit hati. Menyenangkan banget lah pokoknya.
5. Nadia Andini Putri (Nadia)
Nadia heboh banget orangnya. Suka berimajinasi tentang hal-hal aneh. Gampang banget baper. Orangnya suportif banget dan cenderung melihat sisi baik seseorang, jadi gampang deket sama orang. Jago musik parah. Sebenernya pinter tapi males.. Dan mood swingnya parah. Punya background yang kurang lebih sama gue, makanya gue bisa paham posisinya.
6. Assica Permata A H (Assica)
Assica keren. Assica itu orang paling tegas kalau lagi urusan pekerjaan, profesional, gak pake perasaan sama sekali kalo lagi rapat, dan idenya selalu fresh. Tapi aslinya, Assica orangnya gak enakan banget dan sensitif hatinya. Cenderung suka nyalahin diri sendiri. Tapi prinsip hidupnya cukup kuat kok. Orangnya spontan banget, suka tiba-tiba ngajak pergi jauh banget, contoh ke Jogja. Assica paling huggable dibanding semua sahabat gue.
Terlepas dari kurangnya sahabat gue, gue tetap sayang mereka semua. Karena inti dari persahabatan adalah ketika kita sudah bisa menerima sahabat kita apa adanya, malah ingin berusaha membuatnya jadi lebih baik lagi. Makasih udah menerima gue juga dengan kurang dan lebihnya. Aku sayang kalian semua❤️.
Older posts? Click "Outside" above. Don't forget to scroll the posts!
Minggu, Mei 03, 2015
Withdrawal and Negativity
Setelah menghilang nyaris setahun gak nulis blog, akhirnya gue tergerak buat nulis blog lagi.
So, dear blog, I have changed a lot in these few months.
Say, 19 y.o. does really make me learn how to be mature.
Gue belum matang dan dewasa, cuma gue lagi berproses. Salah satunya, dengan mengenali diri gue sendiri dengan lebih baik.
Tapi, gue masih belum bisa nemuin caranya biar berubah.
Nyadar kan belakangan isi blog post gue itu tentang perubahan dalam diri gue? Ya, dengan belajar tentang kepribadian, gue jadi paham diri gue kayak gimana.
As stated before, gue adalah seorang dengan MBTI ISTJ. Sempet goyah di tengah-tengah dalam proses acceptance menjadi seorang ISTJ, karena gue I yang cukup E, bahkan temen-temen gue yang murni I menolak gue jadi bagian dari mereka. Masalahnya, yang ngomong ini I yang ngerti MBTI juga jadi dia gak asal ngomong (bukan, "Lo masih seru sama orang lain, lo bukan I ah."). Terus gue juga orangnya super gak enakan dan pengin banget nyenengin orang lain. Udah gitu gue orangnya sensian banget, gampang tersinggung. So, gue sempet mikir gue feeler.
Suatu hari, adek gue yang cowok pengin ikut psikotes buat tes masuk SMA. Nyokap kan psikolog, jadi beliau ngasih tes pendahuluan buat adek gue dan ngasih tau tips dan trik mengerjakan psikotes. Nyokap gue nyuruh adek gue ngerjain beberapa soal sama bikin gambar rumah, pohon, dan orang. Klasik kan ya? Nah, adek gue gambar tuh. Malem-malem, nyokap gue ngeinterpretasiin gambarnya adek gue itu. Kata nyokap, adek gue ini kuat banget introversinya. Keliatan ada gangguan dalam hubungan sosial, dan banyak hal yang dia pengin sampaikan ke orang tapi gak bisa. Banyak nyimpen trauma dll.
Gue penasaran, akhirnya gue minta dianalisis juga. Gue gambar juga tuh rumah, pohon, orang. Kata nyokap, gue gak ada introvertnya sama sekali (gue udah bilang ke nyokap kalo hasil tes MBTI gue I). Malah menunjukkan aura ekstroversi banget. Udah gitu gue orangnya gampang gaul sama orang dan orang suka juga sama gue. Gue cenderung kekanakan dan susah ngambil keputusan, udah gitu mudah terpengaruh orangnya (yang ini bener semua). Gue pengin keluarga yang ideal (karena gue gambar rumah--ibu--lebih kecil dibanding pohon--ayah). Gue lebih menunjukkan rasa sayang ke adek gue yang cowok dibanding yang cewek dan gue sebenernya peduli sama adek-adek gue. Gue orang yang butuh rasa aman, karena gue gambar pager di rumah itu. Oh ya, katanya gue juga cuek banget, karena gak ada detil apapun di pohon yang gue gambar.
Gue bingung di situ, masa sih gue gak introvert? Ya Tuhan, gue orangnya menghindari ramai sebisa mungkin, gue sampe sekarang bahkan gak ngerti esensinya suporter-suporteran, dan gak ngerti asiknya pesta. Ada juga kalo pergi ke tempat rame tenaga gue abis duluan. Gue pemalu abis, gak berani nyapa orang duluan. Udah gitu gue sering menyendiri.. Pergi sendiri ke mana-mana bener-bener gak masalah, malah meningkatkan mood. Gue sering merenung sendiri, introspeksi salah gue di mana. Ekstrovert dari mana?
Setelah kejadian itu, gue bingung banget. Sampe-sampe gue melabeli diri gue dengan xSxJ. Yang jelas di diri gue memang kerealistisan dan judging gue.
Sampai suatu ketika gue lagi browsing tentang MBTI, terus gue nemu kemungkinan mistyping MBTI. Gue nemu yang hubungannya sama enneagram. Enneagram itu juga salah satu tes kepribadian yang menggolongkan manusia dalam 9 golongan. Hubungan sama MBTI itu, enneagram lebih ke nurture, alias sifat yang muncul karena pola asuh; MBTI lebih ke nature, alias sifat bawaan orok. Jadi mestinya mustahil kalo MBTI berubah. Mungkin kalo kayak gue, berubah terus kan, itu karena waktu itu belom kedevelop sifat MBTI nya. Soalnya MBTI itu berkembang seiring usia.
Nah, yang gue temuin itu, kalo ennagram 6 (security seeker) itu memang akan rentan akan ambivalensi, dan yang ambivalen itu I/E sama T/F nya. PANTESAN! Semua jadi jelas sekarang. Bukan karena gue salah typing, tapi memang karena gue ambivert natural. Nyokap juga bilang sih kalo gue ambivalensinya tinggi sekali.
Gue juga baru tau kalo sekarang gue sedang memasuki fase "mendewasa"-nya ISTJ. Jadi di suatu sumber, ditulisin kalo ISTJ itu waktu mudanya emang bakal tampil outgoing. Mau lihat bukti ke outgoing-an gue? Bacalah blog post gue tahun 2007-2008. Itu menunjukkan gue sedang labil dan outgoing. I used to be popular among people, yang sekarang gue anggap geng gaul. Pas agak gedean, ISTJ bakal lebih menarik diri, diem banget. Duuuh itu gue banget. Gue lagi dalam fase diem banget, males ketemu orang, selalu ngasih tatapan males ke orang, muka murung terus dan cenderung tidak semangat, apapun buat ngindarin ketemu orang banyak deh.
Hm, menyangkut negativity, sebenernya ini ngomongin murni sisi jeleknya gue sih. Karena gue realis kali ya, gue cenderung pesimistis dan sering nyari kesalahan diri sendiri (ditambah perfeksionisme juga sih ini). Self-curse tuh udah biasa banget. Overthinking juga parah. Apalagi kalo abis diinsult apa gimana, beh ga berenti mikirinnya. Terus orangnya terjebak di masa lalu banget (pfft makasih ISTJ), susah move on dan agak cenderung pendendam karena nginget kesalahan orang. Sebenernya gue orangnya selow dan gampang kasih maaf, tapi sering ngungkit kesalahan itu ke orang lain jadi bikin orang lain gak nyaman.
Belakangan gue juga jadi sinis banget sama apapun di dunia, sering ngatain orang bodoh juga ato sering ngelempar kata-kata sarkasme ke orang-orang selagi bisa. Tapi karena gue I, gue gak ngeluarin hal-hal itu. Lagipula, karena topeng yang gue miliki (itu bakatnya ISTJ ternyata), gue dengan mudahnya blend sama orang tanpa tau gue intentionnya apa. Tanpa tau kalo gue ngejudge dia dan ngesinisin dia di kepala gue. Tenang, gue gak beginiin tiap orang kok. Lebih seringnya gue blank kalo lagi ngomong sama orang.
Gue juga baru sadar, ternyata setelah 19 tahun gue hidup, gue sama sekali gak punya hobi atau interest sama sesuatu yang longlasting. Gila! Gimana ceritanya gue gak punya hobi. Temen-temen deket gue juga sampe bingung gue hobinya apa (selain tidur). Mereka bingung kenapa ada orang se-dull gue. Yes, I am very boring. Gimana ya caranya menimbulkan ketertarikan? Bahkan dalam jatuh cinta pun, rasanya gak pernah sedalam itu, rasanya datar aja, walaupun gue bakal tetep ngelakuin apapun buat bikin pasangan gue seneng.
Gue sering banget jalan nunduk, kayak orang nyari koin. Itu sebenernya karena gue malu liat orang lain dan kalo ada orang gue mesti nyapa. Duh.... gak mood aja rasanya.
Bingung nulis apa lagi. Nanti gue nulis hal yang lain deh. *balik ngerjain skripsi*
Older posts? Click "Outside" above. Don't forget to scroll the posts!